Career Path di Industri Kreatif Seni dan Ilustrasi

Hai hai! Di blog post kali ini saya akan sharing sekalian merangkum untuk diri sendiri, tentang macam-macam karir path kalau kamu berniat mencari ikigai di bidang kreatif.

Editorial

Untuk majalah, koran, bisa online ataupun offline, dan jenis publikasi yang sifatnya untuk jangka waktu tertentu. Misalnya koran berarti harian, majalah bisa mingguan dan bulanan, dan sebagainya.

Katanya sih, karena perputarannya yang cepat itu (bulanan hingga bisa harian), editorial adalah pintu yang tepat kalau kamu mau masuk ke dunia ilustrasi.

Yang perlu dilakukan:

  1. Bikin contoh ilustrasi editorial apapun. Bisa untuk sebuah artikel, bisa buat blog post, infografik, dll.
  2. Posting online, di sosial media atau blog.

Pengalaman pribadi saya, dari posting itu akan ada yang liat ilustrasi kita dan akan kontak bila tertarik. Bahkan, kadang ada yang comot hasil ilustrasi kita tanpa izin hahaha.. kalau ketemu bisa langsung kamu jadiin story atau jadiin post sekalian. Anggap aja biaya ngiklan. Hehe.

Buku cerita

Yang paling banyak diminati adalah buku cerita anak. Awal mula aku suka ilustrasi sebenarnya ingin menjadi ilustrator buku. Kemudian, semakin mengikuti kelas ini itu dan mencoba bikin portfolio.. baru sadar ternyata membuat buku cerita ga semudah itu. Banyak elemen-elemen di dalamnya.

Buatku, yang paling susah adalah jangka waktu pengerjaannya yang lama karena mesti komprehensif, ga cuma karakter, tapi juga backgroundnya.

Akhirnya, aku belum kesampaian membuat buku cerita apapun. Hopefully, nanti akan tiba waktunya.

So,, untuk menjadi ilustrator buku cerita, yang pertama adalah kamu mesti menyukai ceritanya karena kamu bakal terjun ke ilustrasi itu dalam waktu berhari-hari hingga berbulan-bulan.

Kamu juga mesti serba bisa, mulai dari ekspresi karakter, background, dll, yang berbeda dari ilustrasi jenis lainnya yang biasanya hanya satu elemen. Misalnya, poin pertama tadi untuk gambar infografis, kamu perlu membuat ilustrasi tertentu saja untuk menyelesaiknnya.

Surface pattern design

Ini sempat aku bahas di blog post sebelumnya. Ngebayanginnya fun ya, membuat ilustrasi kita infinite. Tapi ternyata sulit.

Stock vector

Merchandise

Logo

Ternyata Membuat Repeating Pattern Itu Sulit

Di awal februari saya berencana mulai membuat pattern untuk diversifikasi pendapatan. Tapi ternyata tak semudah itu.

Pattern design

Pattern di atas adalah contoh pattern yang aku buat dengan mengikuti satu kelas di Skillshare dengan judul Surface Pattern Design: Key Principles for Making Outstanding Patterns by Di Ujdi yang membahas tentang membuat repeating pattern yang menarik menggunakan Procreate saja atau Procreate dan Photoshop.

Saya belum menyelesaikan kelas tersebut karena kadung patah semangat melihat hasilnya hahaha. To be fair, saya baru sampai lesson 9 kalau ga salah. Itu baru lesson menggunakan Procreate only. Ada kemungkinan juga kalau ada tambahan softqare Photoshop hasilnya akan lebih baik.

Hasil repeating pattern

Lihat saja hasil pattern setelah di-repeat di atas. Ga beraturan dan banyak space kosong.

Yang aku duga, kalau pakai Photoshop mungkin akan lebih mudah dalam hal adjusting patternnya. Lebih mudah geser sana sini, lebih mudah tambah kurang elemen, ubah warna, dan sebagainya.

Aku juga memperkirakan akan lebih mudah dengan aplikasi Ilustrator karena elemennya bisa diadjust tanpa ada batasa pixel. Mungkin juga ada cara yang mempermudah kita membuat repeating pattern. Tidak seperti dengan hanya menggunakan Procreate.

Kalau lihat artist lain, banyak juga yang pakai Adobe Illustrator untuk membuat pattern. Contohnya Bonnie Christine dan beberapa artist lain yang juga ada kelasnya di Skillshare.

Langkah selanjutnya? Untuk bulan ini dan bulan depan saya ga bakal bisa produksi apa-apa terkait pattern karena ternyata susah. Mungkin masih belajar via Skillshare atau lainnya. Mungkin akan belajar yang menggunakan aplikasi Photoshop dan Illustrator karena kebetulan saya sudah punya aplikasi tersebut (banyak yang menghindari Adobe karena mesti subscription).

Repeating pattern itu fun sih, melihat gambar kita bisa ter-repeat dengan infinite seperti itu. Cuma, masalahnya ternyata dari segi teknisnya banyak yang mesti dipelajari. Banyak perlu tahu tentang software, teknik membuat patternnya (full drop, half drop, dan istilah-istilah lain), dan sebagainya. Doakan semoga bisa segera jualan di Spoonflower🙌🏻

Budgeting sebagai Part-Time Illustrator

Write about your approach to budgeting.

Catat setiap pengeluaran dan pemasukan

Langkah pertama sebelum budgeting dan membuat new goals adalah terlebih dahulu tahu bagaimana kondisi keuangan kita.

Rachel Cruze mengatakan bahwa setidaknya kita butuh tahu history 3 bulan ke belakang sebelum bisa budgeting.

Selama 3 bulan itu juga bukan berarti bisa bebas belanja yah, tapi tetap hati-hati.

Bisnis itu artinya pemasukan lebih besar daripada pengeluaran

Kalau kita sudah memutuskan part-time (hopefully) untuk selanjutnya bisa jadi pekerjaan penuh, kita mesti memandang ilustrasi dan seni ini sebagai bisnis.

Satu indikator usaha kita sudah bisa dibilang bisnis adalah pemasukan lebih besar daripada pengeluaran.

Disini juga kita mesti memikirkan kalau dengan menjadi sebuah bisnis, art supplies, perlengkapan, software, dan embel-embelnya itu juga harus berkualitas profesional yang berpengaruh terhadap pengeluaran yang lebih besar.

Sebagai contoh, sebelum serius jualan ilustrasi, kita gambar menggunakan Procreate. Ketika sudah terjun lebih dalam, kita mesti menggunakan software yang lebih standar, seperti Photoshop dan Illustrator yang biayanya lebih besar dibanding Procreate yang one time purchase.

Tentu itu okay saja dengan harapan nantinya pemasukan yang kita dapat lebih besar dibanding penambahan pengeluaran yang kita lakukan.

Buat daftar perkiraan pengeluaran

Idealnya, perkiraan pengeluaran dibuat secara tahunan.

Pertama, kita list dulu pengeluaran yang sifatnya rutin. Jika ada langganan bulanan, maka dikalikan 12 dan jika ada langganan sesuatu per 3 tahun, maka dibagi 3.

Contoh:

  • langganan adobe Rp2.000.000
  • domain name Rp300.000
  • plugin astute graphic Rp2.500.000

Setelah ada pengeluaran rutin, selanjutnya adalah untuk pengeluaran yang tidak rutin.

Contoh:

  • beli sketchbook baru Rp500.000
  • cat akrilik Rp500.000

Terakhir adalah pengeluaran yang sifatnya investasi dan bisa membutuhkan waktu untuk menabung lebih dari 1 tahun.

Contoh:

  • upgrade ipad Rp16.000.000
  • huion display tablet Rp6.000.000

Buat gw, sebisa mungkin semua pengeluaran dibuatkan sinking fund terlebih dahulu. Fungsinya, selain menumbuhkan semangat menabung (cie..) juga membuat kita berpikir agak lebih lama dulu sebelum membeli sesuatu yang nantinya kita sesali.

Untuk nominal yang agak besar, gw buat investasi baru di aplikasi Bibit. Sedangkan untuk nominal yang lebih kecil dan kemungkinan akan dikeluarkan sekitar sebulan lagi, gw buat kantong baru di Jago.

Contoh sinking fund

Buat target pemasukan

Target pemasukan bisa dibagi menjadi dua:

  1. berdasarkan data sebelumnya yang sudah ada
  2. berdasarkan target perkiraan dari data kasar

Poin pertama, berarti kita pribadi sudah pernah mendapatkan hasil sejumlah tertentu dari sumber tersebut. Misalnya, tahun lalu dengan punya 500 aset, gw bisa dapat kurang lebih Rp500.000 per bulan. Berarti, kalau mau dapat Rp1.000.000 per bulan, gw mesti punya 1.000 aset. Kalau mau dapat Rp3.000.000 per bulan, gw mesti punya 3.000 aset.

Poin kedua, berarti kita baru mau mulai terjun ke bidang tersebut. Kita tidak punbya pengalaman dan data di bidang tersebut, kita tidak tahu kemampuan kita sejauh mana di bidang itu. Misalnya, ada yang bilang di Spoonflower kita bisa dapat 1.000.000 sebulan dengan 50 pattern. Tapi, bisa jadi kalau kita punya 50 pattern, kita mendapat kurang atau lebih dari jumlah itu. Bisa jadi hasil pattern yang kita upload kurang sesuai dengan selera market. Meskipun ada kemungkinan jika beruntung, kita mendapat nominal yang lebih besar.

See you!

George Washington Pixel Art Illustration

Dive in the world of pixel art!

george washington pixel art illustration

Awal Mula Tertarik Pixel Art

Pertama kali terpikir untuk buat ilustrasi pixel itu ketika lihat trend report dari Canva yang salah satunya adalah pixel art. Zaman sekarang kan ceritanya lagi back to the 90’s, pixel art termasuk tuh ke zaman itu.

Cari tutorial di youtube, domestika, dan skillshare, ternyata ada semua dan kebanyakan sudah video lama sekitar 2-3 tahun yang lalu. Pasa saat itu sempat ragu sih, ini tren 2024 tapi kok sudah banyak tutorialnya dari bertahun-tahun yang lalu. Namun, gw tetap memutuskan untuk mencoba.

George Washington Pixel Art

Pertanyaan setelahnya yang terpikirkan adalah bikin pixel art apa ya? gw selalu tertarik di portrait dan kebetulan abis research portrait George Washington untuk referensi bikin portrait pahlawan Indonesia.

Washington kan juga tokoh internasional ya, mungkin banyak yang akan cari ilustrasinya.

Sempat bingung juga mau bikin ilustrasi seperti apa. Apakah head only, sampai dada, atau seluruh badan. Juga perlu memutuskan ekspresi apa yang sebaiknya gw gambar di ilustrasi kali ini.

Akhirnya gw putusin untuk bikin sedada dengan posisi agak miring dan tersenyum seperti gambar di bawah ini.

George Washington Pixel Illustration by Soraya

Rejected by Canva

Setelah 3 hari review… rejected!

Ouch pedihnya hahaha..

Padahal rencananya kalau ini di-approved gw bakalan lanjut bikin pixel art untuk portrait lainnya.

Ga tau nih bagian mana yang jadi penyebab reject. Bisa jadi dari sisi teknikal, konsep, atau kebutuhan.

Ya kalau menurut gw sendiri sih ini sudah pas ya. Sudah cek pakai plugin vectorfirstaid juga dan sudah ga ada yang masalah.

Entah mungkin ada hairline yang ga tertangkap mata gw.. atau mungkin posenya yang kurang menarik.. atau apa entahlah.

Rencana selanjutnya

Setelah project dot pixel map sebelumnya selesai dan ternyata portrait pixel map ini direject.. ada beberapa plan untuk selanjutnya.

  • Bikin free dulu
  • Bikin yang full body
  • Bikin building pixel map
  • Bikin benda-benda pixel map
  • Bikin yang bukan pixel map (lihat lagi di list target yang dulu)
  • Nyambi bikin pattern collection di spoonflower

See you!

Timelapse Garden Painting in Procreate

Kebetulan dapat kamar yang di depannya ada taman kecil dan di seberangnya ada playground.

Tentang sketch ini

Setiap trip entah weekend, long weekend, atau very long weekend (misal lebaran hehe), yang ga pernah ketinggalan adalah satu set marker, pensil warna, buku sketsa, dan pocket watercolor.

Mimpinya besar sih ya, biar bisa sketching anytime anywhere, tapi pada kenyataannya…. hihi. Berat banget rasanya mengeluarkan alat-alat gambar itu. Meskipun sudah mini, ya. Samalah rasanya dengan baca buku di tempat umum. Ky awkward aja.

Ujung-ujungnya aku bakal cuma snap pictures dengan harapan bakal bisa ngegambar dengan lebih proper dan pede.

Khusus untuk sketch kali ini, karena di depan kamar, aku bisa lebih leluasa sketching tanpa khawatir terlalu menarik perhatian. Lebih leluasa sedikit ya hahaha karena masih ada orang yang berseliweran. Jadinya aku masih ga berani ngeluarin satu set perlengkapan. Aku pikir mungkin ipad lebih appropiate saat itu.

Tools

Tools yang aku gunakan untuk gambar ini adalah:

  • Ipad pro 11 inch. Kalau lagi dipakai di tempat, ipad pro ukuran 11 inch berasa kecil tapi kalo portabilitas meskipun muat di banyak tas masih agak berat. Tapi (lagi) kalau buat kita yang cuma bisa punya satu, ukuran 11 inch ini oke sih dengan beberapa pemakluman tadi.
  • Apple pencil. Agak slippy kalau tanpa tambahan aksesori karet. Kebetulan karetnya lagi hilang, jadi ga pakai karet untuk gambar kali ini.
  • Procreate. Seberapapun coba aplikasi lain, seperti Fresco, kok aku ujung-ujungnya balik ke Procreate lagi.

Painting process

Di bawah ini aku share video timelapse dari sketsa hingga finish. Sekalian coba fitur video di WordPress hehe.

painting process (timelapse)

Aku kira untuk upload video mesti langganan yang Explorer, tapi ternyata bisa juga upload video untuk free account. Pingin sih ganti domain jadi custom, kebetulan lagi ada diskon 30% sekarang. Upgrade ga yaa hahahaa..

Oke, balik lagi ke topik gambar. Kalau lihat timelapse di atas, lebih banyak waktu untuk sketch dibanding paintingnya, ya. Karena memang scenenya agak rumit.

So.. semoga kita semua bisa lebih rajin dan lebih pede sketching di depan umum hehe, bye for now!

Break the Law Like Picasso

Have you ever unintentionally broken the law?

Breaking the law adalah salah satu ‘konsep’ di seni dan ilustrasi yang kerap dijadikan acuan seberapa profesionalnya kamu.

Semakin ahli dalam melanggar aturan berarti semakin ahli.

Namun, di seni, melanggar aturan berarti harus mengerti aturannya terlebih dahulu. Kamu tidak bisa melanggar aturan tanpa paham luar dalam aturan-aturan yang ada sebelumnya.

Pablo Picasso terkenal dengan kontrasnya karya seni beliau antara awal karir versus masa matang hingga dewasanya.

Kita bisa lihat hebatnya Picasso di usia 14 tahun yang sudah bisa membuat oil painting realistis yang menjadi standar pelukis tahun 1900-an. Keahlian yang tidak bisa disangkal lagi kan. Pastinya mengagetkan untuk orang-orang yang hanya tahu gambar Picasso yang geometris. Bertanya-tanyalah mereka kok bisa?

Dari gambar di atas juga terlihat bagaimana perubahan breaking the law yang Picasso lakukan dari tahun ke tahun. Awal mula yang sangat realistis, menuju agak abstrak (masih ada anatomi yang terlihat), hingga anatomi yang sudah tidak sesuai kenyataan lagi.

Buat mata orang awam, setidaknya dari beberapa komentar di Facebook yang aku pernah baca, orang-orang banyak yang bingung mengapa ‘kualitas’ lukisan Picasso di awal karir yang jelas realistis justru tidak terkenal dibanding lukisannya yang geometris? Banyak pula orang yang bilang kalau lukisan Picasso itu gampang ditiru oleh anak kecil sekalipun.

Yah, meskipun apapun kata orang, buktinya karya Picasso yang dibilang mirip gambar anak-anak itulah yang laku jutaan dollar. Mau bilang apa mereka?

Kalau kita bisa telaah dari masa kini, mengapa lukisan tersebut bisa berharga mahal, justru karena Picasso sudah tahu luar dalam tentang melukis yang ‘benar’ sesuai standar. Lalu kemudian ia melanggar aturan-aturan tersebut untuk membuat sesuatu yang fresh.

Sisi yang lain lagi, kini, banyak seniman yang meniru geometris dan abstraknya lukisan Picasso tanpa tau apa ‘standar’ yang ‘benar’. Mereka tidak tahu apa yang mereka langgar. Jadi, ya, hasil melanggar aturan kita tidak bisa dibandingkan ketika 100 tahun yang lalu Picasso melanggar aturan.

Mau melanggar aturan? Breaking the law like Picasso jawabannya.

Bagaimana Berlalunya Waktu Memengaruhi Perspektif Hidup

Prompt tulisan harian
Bagaimana peristiwa hidup penting atau berlalunya waktu memengaruhi perspektif Anda dalam hidup?

Prompt menarik. Ada dua pertanyaan, aku pilih pertanyaan kedua tentang bagaimana berlalunya waktu memengaruhi perspektif hidup. Di usia 30, mostly ups and downs kehidupan sudah dijalani. Mulai dari masa anak-anak, remaja, sekolah, teman, konflik, beberapa sudah menikah, punya anak, memiliki pekerjaan.. Paling tidak ada satu dua hal yang kita bisa ambil setelah melalui dekade ketiga kehidupan ini.

Photo by Clay Banks on Unsplash

Apa yang penting, apa yang tidak penting

Di usia 30, aku mulai bisa memilah apa yang penting dan apa yang tidak penting. Semakin bertambah tahun, semakin mengerucut pula apa yang benar-benar berarti dan apa yang it’s okay untuk ditinggalkan.

Contohnya, dulu aku sudah suka gambar, di usia 20-an sempat agak serius, dan baru di usia 30-an ini baru memutuskan kalau ini sesuatu yang penting untuk dilanjutkan, bahkan mungkin juga bisa menjadi profesi masa depan.

Urusan sosial juga begitu. Dulu, aku suka ikut ini, ikut itu, karena tidak mau ketinggalan. Sekarang? Kalau tidak merasa diterima, tidak merasa butuh, atau ada self-need lain yang lebih penting, aku memilih untuk tidak melakukan. Bukan sesuatu yang penting.

Untuk target tulisan KLIP juga aku yakin hanya berlomba dengan diri sendiri. Tidak peduli apakah akan masuk 19 besar kategori tertentu atau tidak. Pokoknya, tujuan aku hanyalah untuk merutinkan menulis, yang untuk saat ini targetnya adalah 10 artikel per bulan. Kalau diriku yang dulu, aku pasti akan menargetkan menjadi 10 besar minimal di satu kategori. Tidak peduli sebelumnya sudah menulis rutin atau belum. Dan, bakalah stop menulis ketika target itu tidak tercapai. Saat ini? No. Aku hanya berusaha untuk memacu diri di lintasanku sendiri.

Lebih punya pendirian

Sebelum usia 20, hidup aku terasa datar-datar saja. SD, SMP, SMA, lanjut kuliah. That’s itu.

Ketika usia 22 tahun ke atas baru mulai terasa banyaknya pro kontra di sana sini. Banyak keputusan-keputusan yang perlu aku ambil, yang tidak semuanya menyenangkan semua orang.

Awalnya sih suka terbawa ombak, berubah keputusan, emosi naik turun, lama kelamaan aku jadi lebih bodo amat dengan yang lain.

Keputusan tidak kerja kantoran lagi, keputusan punya sekian anak, hingga keputusan sehari-hari seperti makan apa, masak apa, bisa menjadi faktor ke-pusing-an yang terus menerus.

Kalau kamu sedang menjalani masa-masa itu, yakin saja bahwa kamu bisa lebih teguh pendirian di waktu selanjutnya.

Lebih bijaksana

Pastinya, seiring dengan banyaknya pengalaman, kita bisa semakin menilai baik buruknya sesuatu.

Salah satu yang paling membuatku bijaksana, lebih dari pada tahun-tahun dahulu adalah tentang karma. Tidak tahu kenapa, sepertinya buruknya apa yang aku lakukan bisa terasa balasannya. Hahaha. Makanya, sebisa mungkin aku berusaha berbuat baik, melakukan yang benar meskipun terasa merugikan, dan lebih santai ketika menghadapi musibah.

Tiga poin itu saja yang terpikir untuk saat ini. Intinya, semoga ‘tua’, perspektif hidup kita menjadi lebih baik. Aamiiin.

Sketchbook Story: Baitul Hikmah

Ilustrasi seorang guru yang sedang mengajar murid-muridnya di Baitul Hikmah, tempat masa keemasan Islam.

Technical

Sketchbook: Moleskine A4
Art supplies: Acrylic gouache, pen, sedikit brush pen

Kalau tidak salah ingat (lupa banget), untuk sketsa ini aku tidak pakai pensil dulu karena sebelumnya sudah pernah gambar seperti ini. Jadinya secara layout pun random kan, di tengah halaman begini. Supaya lebih balance, teksnya aku buat di sebelah gambar dan bagian atas kertas di-cut.

Positif:

  • Warna kulit
  • Hasil akhir yang seperti children’s book illustration
  • Warna baju

To be improved:

  • Kaki sebelah kiri kurang terlihat
  • Bentuk bibir
  • Bentuk tutup kepala

Tentang gambar

Baitul hikmah adalah suatu pusat studi di masa keemasan islam (golden age of islam). Periode itu berlangsung sekitar abad 7 hingga 13 Masehi.

Sebagai umat islam, aku termasuk yang penasaran bagaimana rasanya hidup di masa itu. Bahkan, di baitul hikmah tidak hanya ada orang islam saja, tapi dari berbagai penjuru dunia.

Islam sendiri masuk ke Indonesia pada abad ketujuh, yang mana sudah masuk ke masa keemasan islam. Kalau dipikir-pikir, menjadi lebih masuk akal bila banyak warga nusantara yang tertarik dengan islam karena saat itu ‘tren’nya memang islam. Jika dikaitkan dengan zaman sekarang yang merupakan masa keemasan barat, banyak juga kan orang-orang yang merujuk ke barat.

Meskipun, terlepas dari semua itu, memang sudah rezekinya nusantara untuk diberikan hidayah oleh Allah apapun alasannya.

Proses Sketsa

Awalnya aku mau buat painting lengkap dengan murid-muridnya, tapi waktunya tidak cukup. Seharusnya murid-muridnya ada di sisi kiri.

Posisi murid-murid aku ganti dengan teks tentang Baitul Hikmah. Teks itu aku copas dari salah satu artikel di internet (lupa apa) dan ga selesai juga karena tempatnya tidak cukup. Akhirnya, jadilah skets yang berbentuk seperti buku cerita itu.

Akhirul kalam

Bicara soal buku cerita, salah satu cita-cita aku adalah membuat buku cerita bergambar untuk anak-anak. Buku cerita yang berisikan sejarah atau based on sejarah. Mungkin untuk untold stories atau yang jarang orang-orang tahu. Kadangkala mungkin ada perasaan ‘jauh’ jika mendengar cerita-cerita yang berdasarkan kisah orang-orang yang ‘terlalu’ sukses. Mungkin dengan cerita yang lebih membumi, orang (khususnya anak-anak) menjadi lebih termotivasi untuk bergerak selangkah-selangkah. One step at a time.

Buku yang Ingin Aku Baca di 2024

Prompt tulisan Bloganuary
Apa saja buku yang ingin Anda baca?

Tahun 2024 adalah tahun dimana aku bakal punya waktu lebih karena anak-anak semua sudah sekolah. Aku sudah buat target dalam hal kerjaan, dalam hal menulis, dan tentu saja dalam hal membaca. So, pas banget nih prompt Bloganuary hari ini adalah “Apa saja buku yang ingin Anda baca?”

Membaca adalah satu hal yang selalu aku lakukan dari umur 4 tahun sejak bisa baca buku. Taulah anak 90-an.. majalah bobo yang dibawa abang koran sepedahan setiap pekan sekali (hari kamis ga sih?). Kemana-mana hampir ga ketinggalan buku bacaan. Kalau ke mall belinya buku. Apalagi di masa itu belum ada gadget, jadi apalagi kalau bukan buku?

Begitulah hidupkuh sebelum negara api menyerang (aka nikah dan punya bayi). Sejak tahun 2014 aku sudah menyerah mencoba baca buku dan beli buku (karena ga pernah dibaca). Aku ga harap banyak, mungkin sudah cukup buku yang aku baca selama 20 tahun yang lalu dan inilah jalan hidup yang harus kutempuh~

Aku sudah beli beberapa buku (bekas hehe) yang sudah mulai aku baca. Ada juga buku yang masih dalam wishlist saja.

Satu: baca ulang novel harry potter dan hunger games

Sudah 15 tahun semenjak baca harry potter terakhir. Rasanya kepingin nostalgia aja sih dan mau experience gimana rasanya baca ulang buku yang sudah lebih dari 10 tahun ga dibaca dan filmnya masih suka kutonton paling ga setahun sekali.

Dua: hunger games, catching fire, dan mocking jay

Kalau untuk hunger games.. aku suka banget filmnya tapi ga tau kenapa dulu tuh ga minat baca bukunya. Novel prequelnya aku baca sebelum filmnya keluar dan aku nyesel banget😂

Mungkin ada positifnya juga yah dulu aku ga baca novel 1-3 nya duluan.

Tiga: buku sejarah islamic golden age

Dimulai dari menulis cerpen di buku antologi akhit tahun lalu, terpikirkan untuk menulis cerita fiksi tentang islamic golden age.

Buatku juga baru beberapa tahun terakhir ini yang betul-betul paham tentang apa itu islamic golden age. Bagaimana dengan orang-orang lain? Bagaimana dengan anak-anak? Mungkin menjadikannya sebagai sebuah cerpen atau novel bisa membuat semakin banyak orang memahami tentang masa-masa emas itu.

Yang menarik perhatianku mulai dari kondisi masyarakatnya, orang-orangnya, ciptaan-ciptaannya, dan bagaimana seandainya bangsa mongol tak pernah menyerang.

Ah, setiap memikirkan itu aku selalu merasa teriris.

Tak banyak bahan di internet tentang masa keemasan islam. Sumber-sumber yang ada kebanyakan membahas hal yang sama dan aku sampai putus asa, mungkin memang tak ada catatan kagi tentang masa tersebut. Bahkan sungai saja menjadi hitam kelam karena tinta buku-buku yang dimusnahkan bangsa Mongol.

Kemudian, tak sengaja saat jalan-jalan di awal bulan Januari, aku menemukan buku berjudul Sejarah Dunia Abad Pertengahan yang ditulis oleh Susan Wise Bauer. Mestakung banget kan😂

Empat: buku-buku Neil Gaiman

Kenapa ya Neil Gaiman ga populer di Indonesia? Setelah ga sengaja nonton channel youtube tentang rutinitas sehari-hari Neil Gaiman dan beberapa wawancaranya, aku jadi tertarik untuk baca hasil karyanya.

Beberapa hari ngubek buku di Tokopedia kok ga ketemu bukunya ya. Ada yang tau kenapa? Ada suh beberapa buku secondnya. Padahal terbitan Gramedia kayaknya. Ga tau kenapa ga cetak lagi.

Oke, itulah empat kategori buku yang mau kubaca di 2024. Buku lainnya mungkin seperti biasa adalah buku-buku pengembangan diri, buku bisnis, buku tentang seni, atau kalau mungkin kalau ada novel lain yang menarik boleh juga.

Menemukan Ikigai sebagai Microstocker

Ikigai adalah momen dimana apa yang kamu suka, apa keahlian kamu, apa yang orang berani bayar untuk kamu, dan apa yang dunia butuhkan bertemu. Passions meet talent meet money meet mission!

Before story

Sejak mendapat penghasilan pertama sebagai tukang gambar pada sekitaran tahun 2018, aku amat sangat terombang-ambing akan arah yang harus aku ambil. Sejenak mendapat beberapa honor dan instagram, sebagian dari blog, punya teman-teman baru, dan cukup happy saja dengan keadaan saat itu. That is passion meet talent.

Mungkin banyak hobbyist yang cukup sampai sana dan aku ga tau kenapa di dalam diri ini masih saja ada rasa yang mengatakan bahwa you should do more.

Rasa itu agak mengganggu buat aktivitas art aku juga karena tidak kunjung mendapat yang aku inginkan, merasa down, dan jadi malas untuk melangkah lagi. Tidak jarang selama sekian hari, sekian pekan, aku ga gambar sama sekali. Bisa jadi karena merasa banyak orang yang bisa gambar lebih bagus dari aku di instagram, merasa sia-sia menghabiskan waktu untuk gambar, merasa harusnya aku bisa menggunakan waktu untuk sesuatu yang lebih ada ‘hasilnya’.

Namun tentu saja itu sesuatu yang ga mungkin. Ujung-ujungnya aku selalu kembali gambar. Minusnya, aku buang waktu banyak dengan ga meningkatkan skill di waktu-waktu yang tidak kumanfaatkan dengan belajar gambar.

Begitulah siklus itu berulang sampai tahun 2023.

Menjadi Microstocker

Di awal tahun 2023, aku baca suatu post entah dimana. Apakah itu di facebook atau google tentang Canva Contributor. Disana orang itu menulis kalau dia ga sadar ternyata akun Canvanya adalah akun contributor. Kemudian ada yang menulis kalau pendaftaran contributor untuk Indonesia sudah tutup sejak setahunan yang lalu. Ada yang reply juga kalau dulu menjadi contributor ga perlu daftar, jadi kayak otomatis gitu loh.

Nah, aku sebagai pengguna Canva sejak lama, sepertinya di tahun-tahun awal Canva ada shock dong.

Sambil dag dig dug aku buka akun Canva aku dan ternyata bener aku udah jadi Canva Contributor!

Aku lupa mulai upload di bulan apa, tapi perkembangannya memang benar-benar bagus. Karena memang di Indonesia itu Canva populer, jadi kemungkinan gambar kita dipakai orang cukup besar.

Total pendapatan sepanjang tahun 2023 adalah $195.81. Belum cukup buat makan sih, haha, tapi masih kalau lihat growthnya masih bisa naik banget untuk di tahun-tahun selanjutnya.

Mengapa bisa jadi ikigai

Menjadi microstocker ini memenuhi keempat syarat ikigai buatku.

1. what you love. Jelas aku suka gambar, ya..

2. what you good at. Sepertinya sih di bidang gambar ya hehe.

Dua poin di atas adalah poin yang umum ya.. Di dua poin selanjutnya kemungkinan besar yang membuat berbeda.

3. what people paid you for. Sejujurnya, sebagai ilustrator otodidak, aku ga berani face to face sama lulusan DKV atau seni lainnya. Di awal mula tahun 2018 itu aku dapet beberapa job aku yakin karena saat itu sosmed belum terlalu populer dan aku salah satu yang beruntung aja mulai duluan. nah, melalui Canva ini, pertama, aku seperti punya ‘atasan’ karena sebelum published, elemen vektor kita akan di review dulu. Kalau ga layak akan direject. Kedua, orang pakai gambar kita karena lihat bagus dan cocok untuk project mereka, ga terlalu lihat siapa yang bikin. Menjadi di balik layar seperti itu mungkin lebih cocok buat aku. At least saat ini.

4. what the world needs. Ini juga yang jadi faktor besar kenapa menurutku menjadi microstocker itu cocok buat aku. Pertama, disini aku bisa secara langsung mencari apa yang orang butuhkan. Gambar apa yang belum ada atau belum banyak ada di library microstock. Kemudian, aku bisa tahu apa yang aku buat itu dibutuhkan orang atau tidak adalah dari seberapa banyak aset yang aku buat itu laku.

Sejauh ini aku baru nyemplung di Canva saja. Selanjutnya aku berencana mengembangkan sayap di microstock lain. Doakan ya supaya bisa dapat minimal UMR dari hasil gambar! Aamiiin..